![]() |
Ilustrasi Anak Mencuri |
Perkataan
“aku” mengandung makna yang mendalam bagi anak khususnya anak usia 2-5 tahun.
Perbuatan
mengambil sesuatu yang bukan miliknya merupakan tindakan yang didorong oleh
keinginan untuk memiliki bukan untuk mencuri. Kecenderungan untuk memiliki
adalah tabiat setiap manusia.
Tabiat
ini ada kalanya berkurang atau bertambah tergantung kepada setiap pribadi
orang. Tetapi setiap manusia tanpa terkecuali selalu mempunyai keinginan untuk
memiliki barang secara pribadi, buku pribadi, pena pribadi, mainan pribadi.
Dari
sinilah muncul keinginan anak jika dia merasa tidak cukup dan tidak memiliki
sesuatu secara pribadi dengan berusaha menutupi kekurangan ini dengan cara
mengambil milik orang lain. Masalah ini terjadi dengan cara sangat sederhana
tanpa merasa dosa. Tetapi lambat laun akan berubah menjadi masalah pencurian
murni. Inilah masalah yang seringkali membimbangkan orang tua dan pendidik.
Mereka takut anak mereka tumbuh dengan kebiasaan mencuri meskipun ssetelah
dinasehatkan dan diajar.
“Hal
pertama yang perlu diperhatikan oleh orangtua ialah kebiasaan anak mengambil
permen, makanan atau benda lainnya tanpa izin. Jika orang tua tidak menasihati
anak-anak yang mengambil sesuatu tanpa izin, khususnya ketika anak dalam
keadaan merasa cukup atau tidak lapar, ini dapat berlanjut kepada perbuatan
mencuri uang kemudian mencuri barang-barang yang berharga.”
Maka
dari itu kita sebagai orangtua ataupun pendidik harus menyadari hal ini sejak
awal.
Sebab-Sebab
Anak Mencuri:
Pertama, Tidak membedakan hak milik pribadi yaitu hak milik anak dengan hak milik orang lain.
Kedua, Merasa kurang, jika anak merasa kurang
dia akan mencuri lebih-lebih lagi jika timbul sikap membeda-bedakan antar dia
dengan teman-temannya di sekolah.
Ketiga, perasaan cemburu terhadap orang lain
yang memiliki sesuatu, kemudian ia akan berusaha untuk balas dendam dengan cara
merampas barang tersebut.
Keempat, tindakan balas dendam khususnya
terhadap orang-orang yang memperlakukannya dengan cara kekerasan yang
berlebihan.
Kelima, untuk
memenuhi hobi yang disukai khususnya ketika orang tua tidak pernah memenuhi
keinginannya, maka anak akan melampiaskannya dengan mencuri untuk mendapatkan
sesuatu yang disukai.
Keenam, membiarkan anak ketika
selalu mengambil sesuatu.
Ketujuh, Harta yang melimpah mengajarkan kita
mencuri. Pernyataan ini adalah perumpamaan yang sesuai bagi keluarga yang
lapangm khususnya apabila mereka sudah tidak lagi merasa kesulitan dalam
memenuhi keperluan sehari-hari seperti makanan uang, dan barang mainan.
Lebih-lebih lagi anak tidak mengenal dan tidak dikenalkan batasan-batasan yang harus dipenuhi.
Mengatasi
Kebiasaan Mencuri:
Pertama, memberikan kedamaian dan
kasih sayang dalam keluarga.
yaitu
dengan menjauhkan sikap mencaci-maki atau dengan menanamkan sikap cinta dan
kelembutan kepada anak serta menumbuhkan sikap percaya diri mereka, menjauhkan
sikap membeda-bedakan antara anak. Inilah kunci dari setiap masalah pendidikan
dan tingkah laku anak.
Kedua, membiasakan anak untuk
selalu meminta izin ketika mengambil sesuatu.
perkataan
"permisi" atau "bolehkah" atau "izin" atau
"pinjam", diketahui oleh anak agar mereka dapat belajar tentang
betapa pentingnya meminta izin. Begitu juga dengan perkataan
"terimakasih" dan "alhamdulillah"
Ketiga, menghormati hak milik anak.
maksudnya
ialah dengan kita memberikan barang kepadanya, maka barang tersebut adalah
milik dia. ketika orang lain ingin menggunakannya harus meminta izin juga
kepadanya. begitu sebaliknya. Jika kita menghormati hak milik dia, maka dia
juga akan menghormati hak milik orang lain.
Keempat, jika anak tertangkap
melakukan perbuatan mencuri, kita harus berusaha untuk mengatakannya pencuri
atau memberikan punishmen.
Karena
pada dasarnya dia tidak mempunyai niat untuk mencuri, melainkan hanya
sebatas refleksi dari perasaan yang terpendam. Tindakan orang tua yang
selalu memojokkan anak mereka dengan pertanyaan-pertanyaan mengenai sebab-sebab
mengambil barang (mencuri) justru akan menimbulkan masalah yang lebih besar,
karena hal ini akan mendorongnya untuk berkata bohong.
Oleh
karena itu, cukuplah orang tua memberikan perasaan kasih sayang dan meyakinkan
kepada anak bahwa jika dia mengambil barang dengan meminta izin terlebih dahulu
dia pasti akan diberi.
Kelima, orangtua jangan sekali-kali
bangga didepan anak jika anak mengambil barang saat berkunjung ke tempat
seseorang.
Keenam, mengajarkan
anak tidak bersikap boros.
Ketujuh, membacakan kisah-kisah yang
berpendidikan.
Kedelapan, mengajarkan anak
tanggungjawab, misalnya dengan memberi uang satu sekian dan harus dihemat /
sebaik-baiknya tanpa harus mengontrol.
Kesembilan, menjauhkan
ungkapan sanjungan tidak pada tempatnya.
Kesepuluh, menjelaskan kepada anak
ketika kita menyembunyikan sesuatu. misalnya, terkadang kita menyimpan
makanan untuk makan suatu waktu dan tidak ingin makanan tersebut dimakan
sebelum waktunya. maka harus kita jelaskan kepada anak bahwa makanan tersebut
hanya disimpan beberapa saat hingga nanti waktu untuk memakannya itu tiba, maka
makanan tersebut untuk mereka semua.
Sistem
Pendidikan yang salah dapat mendorong anak kepada perbuatan mencuri. Perbuatan
Mencuri adalah suatu pelampiasan dan adakalanya pelampiasan itu memberi
pelajaran jika kita mampu mengendalikannya. Kebiasaan mencuri adalah sesuatu
yang dapat mendatangkan masalah yang besar.
Dengan
Izin Alloh Ta'ala semoga kita dapat membantu anak-anak untuk menjauhi perbuatan
mencuri.
Disalin
dengan perubahan redaksi seperlunya dari Buku "Membentuk Kepribadian Anak
Sejak Dini" karya Psikolog Ablabassatgomma,
Sedikit
menambah pengetahuan, walau saya yakin teman-teman semua telah terlebih dahulu
mengetahui berbagai ilmu tentang pendidikan,
Dan
Tidak Sepenuhnya tulisan diatas Sempurna, akan lebih baik lagi jika ditambah
pengalaman-pengalaman serta ilmu yang dimiliki. Semoga bermanfaat bagi kita
semua,
#SaveOurGeneration
#Semangat
Menebar Kebaikan dimanapun berada.
0 komentar:
Posting Komentar